Pengolahan tanah pertanian sejatinya berfungsi untuk membuat media tanam lebih layak untuk ditanami tanaman, termasuk padi. Ingin tau hal apa saja yang perlu diperhatikan, simak tulisan berikut ini.
Perbedaan Tanah dan Lahan Pertanian
Pada dasarnya terdapat perbedaan mendasar antara tanah dan lahan pertanian. Tanah sendiri merupakan komponen utama dari sebuah lahan, memiliki daya tumpu sehingga mampu menahan beban diatasnya dan bahan mentah untuk membuat beraneka macam barang.
Sedangkan lahan pertanian adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang memiliki kriteria tertentu seperti atmosfer, tanah, lapisan geologi, hidrologi, biosfer, populasi tanaman dan hewan.
Sehingga, pengolahan lahan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengubah tanah dengan menggunakan alat pertanian baik konvesional maupun modern sehingga memperoleh lahan pertanian yang memiliki kandungan yang cocok dengan tanaman yang akan ditanam.
Tujuan Pengolahan Lahan Pertanian
Pengolahan lahan pertanian bertujuan untuk mengolahan tanah sehingga dapat ditanami guna menghasilkan kualitas tanaman yang baik.
Adapun tujuan dari pengolahan lahan dalam kaitannya dengan usaha pertanian meliputi:
- Menciptakan kondisi fisik, kimia dan biologis tanah menjadi lebih baik
- Menurunkan laju erosi
- Membunuh tanaman liar pengganggu
- Menempatkan sisa tanaman agar terjadi dekomposisi dengan baik
- Menyatukan pupuk dengan tanah
- Mempersiapkan tanah guna pengaturan pengairan
- Meratakan tanah untuk mempermudah proses perawatan
Dalam pelaksanaannya, pengolahan tanah dibagi menjadi 2 (dua) yaitu: konvensional dan konversi.
Pengolahan Tanah Konvensional
Pengolahan lahan dengan menggunakan metode konvensional meliputi beberapa hal berikut:
Land Clearing
Tujuan utamanya adalah menyiapkan lahan yang akan dijadikan area tanam. Dahulu peralatan yang seringkali digunakan untuk melakukan land clearing adalah cangkul dan parang, sedangkan kini sudah tersedia mesin pertanian yang dapat membantu prosesnya menjadi lebih cepat, seperti penggunaan traktor untuk land clearing.
Pembajakan Tanah
Proses pembajakan umumnya dilakukan setelah tanah cukup basah sehingga tanah memiliki struktur yang tidak terlalu keras dan tidak terlalu lembek sehingga tanah dapat dengan mudah dibajak.
Pembajakan dapat dilakukan sebanyak 2 (dua) kali dengan kedalaman bajak bervariasi mulai dari 12 hingga 20 centimeter dari permukaan tanah
Penggaruan Tanah
Proses ini bertujuan untuk menghancurkan bagian-bagian tanah yang cukup keras atau menggumpal agar dapat lebih mudah ditanami. Petani umumnya menggunakan garu, cangkul atau traktor dalam prosesnya.
Sebaiknya dilakukan pemberian pupuk terlebih dahulu sebelum proses penggaruan dilakukan. Tujuannya adalah agar pupuk dapat tercampur secara merata pada lapisan tanah yang diolah.
Pemupukan Dasar
Agar mendapatkan lahan dengan kualitas baik salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah unsur hara yang terdapat pada tanah tersebut. Pemupukan dasar bertujuan untuk meningkatkan unsur hara dalam tanah sehingga tanah menjadi lebih subur sekaligus merangsang perkembangan akar agar lebih dalam.
Jika karakter tanah bereaksi asam, maka perlu dilakukan penaburan kapur dolomit terlebih dahulu guna meningkatkan kadar pH tanah sehingga pada akhirnya cocok untuk digunakan sebagai media tanam.
Ada beberapa jenis pupuk yang umumnya digunakan sebagai pupuk dasar diantaranya adalah pupuk kandang (hasil kotoran hewan), pupuk urea, SP36, KCI dan NPK 15, tentunya disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan ditanam.
Umumnya proses pengolahan diatas memakan waktu antara 15 (lima belas) hingga 20 (dua puluh) hari tergantung pada lahan yang diolah.
Sebaiknya pengolahan tanah yang menggunakan metode konvensional dilakukan 1 (satu) minggu sebelum masa tanam dilakukan, hal tersebut berdasarkan pertimbangan pada mas tersebut hama dan gulma sudah mati dan mikro organisme serta unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman sudah tersedia di tanah.
Pengolahan Tanah Konversi
Pada pengolahan konversi umumnya terdiri dari pengolahan lahan minimum (minimum tillage) dan TOT (tanpa olah tanah).
Pada proses pengolahan lahan menggunakan metode ini pelaksanaannya hanya dilakukan 1 (satu) tahun sekali untuk tanah yang memiliki tingkat kepadatan yang tinggi dan 2 (dua) tahun sekali apabila tanah memiliki tingkat kepadatan sedang.
Pengolahan tanah secara konversi menggunakan beberapa teknik berikut ini:
Olah Tanah Minimum (OTM)
Teknik pengolahan tanah ini mengurangi frekuensi pengolahan, dalam satu tahun sekali atau dua tahun sekali tergantung dari tingkat kepadatan tanah
Olah Tanah Strip (Strip Tillage)
Pengolahan hanya dapat dilakukan pada strip-strip yang akan dilakukan penanaman saja. Biasanya strip-strip tersebut dibuat mengikuti kontur tanam, yang artinya ketika akan melakukan penanaman maka daerah yang akan diolah hanya barisan yang akan disebar benih, bagian yang tidak disebar benih tidak perlu diolah.
Tanpa Olah Tanah (TOT)
Pengolahan tanah menggunakan teknik TOT tidak memerlukan pengolahan tanah seperti pada pengolahan konvensional, melainkan hanya melakukan pembukaan lahan dengan melubangi tanah dan langsung ditanam bibit yang akan dibudidayakan.
Peralatan Pendukung
Jika Anda saat ini masih menggunakan cangkul dan parang untuk melakukan land clearing dan tahapan lainnya, sudah waktunya Anda beralih ke penggunaan mesin traktor dan alat panen padi.
Kami menyediakan Traktor Kubota dan Combine Harvester Kubota untuk membantu proses pertanian Anda, mulai dari land clearing hingga panen.
Ingin tau bagaimana alat-alat tersebut dapat membantu Anda? Hubungi kami untuk mendapatkan rekomendasi peralatan pendukung sesuai dengan jenis tanaman yang Anda tanam saat ini.
Silakan menghubungi kami di : 021 – 827 54436 atau info@multias.co.id
Referensi:
bulelengkab.go.id
8villages.com